-detail.jpg)
Kamis (03/11/2022), Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD) Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar (FK UNIZAR) menggelar Mini Talkshow pada Blok Personal Professional Development (PPD) dengan tema “Pengabdian Seorang Dokter: Dokter Sebagai Influencer” di Ruang Theater UNIZARyang dilaksanakan selama 200 menit dari pukul 09.00-11.30 Wita. Kegiatan ini merupakan salah satumetode pembelajaran pada Blok PPD dengan menghadirkan narasumber handal sebagai pembicara pada mini talkshow untuk berbagi pengalaman mengenai pengabdian dokter kepada 100 orang mahasiswa blok tersebut.
Talkshow ini juga dihadiri oleh tamu undangan diantaranya Dekanat FK UNIZAR, para pejabat struktural FK UNIZAR, dan para dosen fasilitator pada blok tersebut. Blok PPD merupakan blok dasar di tahap pertama dalam semester pertama mahasiswa kedokteran yang difokuskan pada pemantapan kepribadian sebagai mahasiswa kedokteran melalui pengembangan profesionalitas dan penguatan karakter berlandaskan nilai-nilai Rahmatan Lil Alamiin.
Dekan FK UNIZAR, Dr. dr. H. Artha Budi Susila Duarsa, M.Kes menyampaikan sambutan sekaligus membuka kegiatan tersebut. Dr. Artha sangat mengapresiasi penyelenggaraan mini talk show ini sebagai metode pembelajaran dengan suasana yang berbeda dari sekedar kuliah interaktif secara daring.
“Kami di FK UNIZAR memiliki kegiatan yang disebut dengan personal professional development (PPD) sebagai bagian dari supporting system kegiatan akademik termasuk kegiatan pembelajaran,karena kami merasa ini sangat penting di tengah pesatnya perkembangan pendidikan kedokteran,pesatnya kurikulum, pesatnya learning environment, pesatnya assessment dan pesatnya teknologi kedokteran, tetapi PPD tidak sepesat itu. Padahal dokter yang harus dihasilkan kalau tidak memiliki professional yang bagus justru akan berbahaya bagi masyarakat” ucap dr. Artha.
Tak kalah penting, Blok ini merupakan salah satu cerminan core value FK UNIZAR “Educating the mind without educating the heart is no education at all” Aristotle. Pendidikan pikiran yang tidak diikuti oleh pendidikan hati, itu bukan sebenar-benarnya pendidikan. Berdasarkan core value ini yang mengacu pada visi FK UNIZAR, Institusi ini ingin menghasilkan dokter yang pintar, cerdas dan terampil tetapi sekaligus menghasilkan dokter yang punya hati, berbaik hati, punya empati, penuh kasih sayang, penuh rasa hormat, rela berkorban untuk manusia dan kemanusiaan.
“Rasanya yang heart ini akan selalu diasah sehingga kami sebut dengan Heart based education. Jadi kenapa muncul PPD, karena kami merasa tampaknya dalam perkembangan era sekarang, hal ini yang sedikit agak tertinggal. Orang sibuk berbicara perkembangan teknologi kedokteran, kurikulum pendidikan kedokteran, peralatan kedokteran yang canggih, termasuk etika kedokteran namun bagaimana marwah profesionalisme dan implementasinya kami lakukan di FK UNIZAR. Mahasiswa baru FK UNIZAR selama setahun tinggal di boarding school, mereka belajar tentang kesejawatan, kerja sama, kebersamaan hingga relasi. Harapannya kedepan, mereka terbentuk dengan brain yang bagus juga heart yang bagus” ucap dr. Artha.
Dalam kesempatan ini, Talk show PPD menghadirkan 3 narasumber yang telah memiliki pengalaman yang luar biasa sebagai dokter influencer, sejatinya adalah educator dan juga advocator untuk berbagi inspirasi di hadapan mahasiswa Semester I FK UNIZAR. Narasumber pertama adalah dr. Vito Damay, Sp.JP(K), M.Kes, AIFO-K, FIHA, FICA, FAsCC yang saat ini berkiprah sebagai dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Ahli Ilmu Faal Olahraga dan TV Host. Narasumber kedua adalah dr. Andika Raspati, Sp.KO yang saat ini menjadi Kepala Bidang Medis Federasi Balap Sepeda Indonesia(PB ISSI) dan menjadi Dokter Atlet RI-Olimpiade Tokyo Tahun 2021 dan narasumber ketiga adalah Inspektur Keamanan Penerbangan Kementerian Perhubungan dan menjadi FAA designated AME yang juga dosen FK UNIZAR`, dr. Inne Yuliawati, Sp.KP. Talkshow ini dimoderatori oleh dr. Mirzaulin
Leonaviri, S.Ked.
Menjadi seorang dokter adalah sebuah pengabdian hidup yang perannya untuk menjadi health care provider bagi masyarakat. Namun, menyandang gelar dokter yang professional dengan karakter, personal behaviour yang baik, empati dan juga humanis bisa menjadi nilai plus bagi seorang dokter. Kemampuan untuk bouncing back ketika menghadapi masalah, kelihaian dalam menekuni pendidikan kedokteran serta menempatkan “hati” dalam setiap momentum, memberikan kesan tersediri menjalani peran sebagai dokter. Hal ini lah yang disampaikan oleh para narasumber pada mini talk show kali ini.
“Hati Nurani, emphatic, passion itu yang anda lakukan sejak kuliah. Nilai bagus itu yes, tapi anda belajar hari ini digunakan untuk menolong orang. Dirintis mulai sekarang, memanfaatkan momentum yang ada saat menjadi mahasiswa karena kesempatan hanya datang sekali” kata dr. Vito.
Sejalan dengan dr. Vito, dr. Dhika juga memberikan insight bahwa sebagai mahasiswa kedokteran dari sekarang perlu menemukan passion dan mulai berinteraksi dengan masyarakat untuk melakukan edukasi guna membahas mitos-mitos di masyarakat itu karena itu juga menjadi bentuk pengabdian.
“Saya mulai melakukan edukasi, karena berawal dari keresahan mitos-mitos yang berseliweran di masyarakat kita. Impact nya tak hanya mencerdaskan, melainkan bisa menyelamatkan masyarakat. Media sosial jadi wahana untuk edukasi hingga menyasar masyarakat luas” kata dr. Dhika.
Tantangan hari ini adalah konten para influencer sudah cenderung menjadi “budak algoritma” sehingga kualitasnya pun tidak untuk edukasi. Seorang influencer memikirkan kebermanfaatan konten bagi masyarakat itu adalah tanggung jawab moral. Konten edukasi yang dibuat sebaik mungkin dan sesuai hati nurani.
“Memilih jalur yang tidak populer, tidak aktif di social media tapi melalui kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang saya jalani sebagai dosen FK UNIZAR dengan berbagi melalui anak didik saya yang akan menjadi Agent of chance dan bahkan influencer di masyarakat nantinya” ucap dr. Inne.
Jadilah diri anda dan tidak perlu dibuat-buat untuk menjadi seorang content creator. Sebagai dokter influencer adalah menjadi seorang public communicator. Dokter influencer bukan berarti harus jadi selebgram, bukan juga yang memiliki banyak follower melainkan dokter yang bisa paham konteks dan aplikatif saat memberikan edukasi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Kegiatan ini makin interaktif ketika momen diskusi yang berlangsung. Para mahasiswa sangat antusias menyampaikan beberapa pertanyaan kepada narasumber mengenai pengabdian dokter. Keseruannya sangat terasa, mahasiswa blok PPD mendapatkan inspirasi mengenai sosok dokter yang luar biasa.